Posts

Showing posts from May, 2012

Antara Sepeda, DAD dan Photoshop CS3

Image
Menulis, salah satu rahmat yang sangat saya syukuri dan nikmati, bahkan ketika tidak memiliki sepeserpun uang, menulis tetap menjadikan saya kenyang. (Lyla K.) Sang Pena - Sepenggal kata di atas setidaknya merupakan sebuah ungkapan paling jujur ketika saya memilih untuk menjadi penulis, (yang belum terkenal-tentu saja). Memilih untuk menjadi penulis, berbeda dengan kondisi ketika kita diberi kesempatan untuk memilih kucing di dalam karung. :) Beda dong!  Ketika menulis menjadi sebuah pilihan, sejatinya kita tidak mengikatkan diri pada sebuah beban. Melainkan memilih untuk melepaskan berbagai macam beban tersebut ke dalam rangkaian kata, untaian kalimat, bahkan akan lebih indah ketika kita mampu menulis dengan baik, menerjemahkan otak dan hati ke dalam tulisan. Benar-benar baik.  Meskipun belum menjadi penulis terkenal. Saya pribadi telah merasakan manfaat dari menulis, sekalipun sifatnya insidental. Atau sekedarnya saja ketika memiliki keinginan kuat untuk menulis. Bahkan, cenderun

Semoga Inilah yang Dinamakan Akal Sehat

Image
Sang Pena - Sebuah Catatan Oleh : Eko Rusdianto.    Saya bukan pemuja kepercayaan setan. Saya juga bukan pemuja lagu-lagu dunia barat – mungkin karena saya tidak terlalu mengerti. Saya juga bukan anggota partai tertentu, juga bukan anggota organisasi tertentu. Saya pemuja keberagaman, memuja ketentraman, kenyamanan dan kedamaian. Semoga inilah yang dinamakan akal sehat. Sejak beberapa hari ini, saya mulai gelisah dengan berita penolakan kedatangan penyanyi Lady Gaga di Indonesia. Ada beberapa organisasi masyarakat menentangnya, salah satu yang paling keras adalah Front Pembela Islam (FPI), bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa haram. Dan ada juga beberapa kawan-kawan yang mendukung pandangan penolakan. Ini membuatku serasa tergelitik. Serasa semakin bodoh dan bego. Saya merasa sedih sendiri, marah dengan tanah air sendiri. Masih kah kita bertengkar dengan kadar logika sekecil itu. Dari catatan referensi media massa, salah satu alasan penolakan Gaga ke Indon

Bukan Harta Tapi Akhlak Mulia

Image
Sang Pena - Pertempuran besar akan terjadi. Rasulullah SAW dan pasukan Islam bergerak untuk mendahului kaum Musyrikin Quraisy sehingga mereka bisa menduduki tempat di dekat sumur Badar. Dengan begitu, mereka dapat menghalangi Quraisy dari sumur itu. Pada sore hari, mereka telah sampai di dekat sumur itu. Saat itu berdirilah Hubbab bin Mundzir, “Wahai Rasulullah, apakah keputusan untuk menempati lokasi ini merupakan wahyu Allah, atau merupakan pendapatmu sebagai siasat dan taktik perang?” Rasulullah SAW menjawab, “Ini merupakan pendapatku sebagai siasat dan taktik perang.” Hubbab berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jika ini strategi yang lahir dari pendapatmu dan bukan merupakan wahyu, maka menurutku, kita harus berhenti di tepi sebelah sana sehingga kita lebih dekat dari mereka. Kita timbun sumur mereka, lalu kita penuhi sumur kita dengan air sehingga mereka tidak bisa menjangkaunya. Ketika berperang, kita bisa minum dengan leluasa, tetapi mereka kesulitan mendapatkan air

Penaku Hari Ini

Image
Biarkan saya menulis, karena ini urusan saya! Sang Pena - Akhirnya genap sudah dua hari di kampus baru. Teman baru, ruang kuliah baru - lebih dingin, dan beberapa infrastruktur yang serba baru (baru pakai), namun semua telah dibuat lama. Beberapa tahun yang lalu.    Jika harus jujur, sebenarnya kampus yang baru ini mirip dunia bisu. Masih sedikit keramahan. Entah karena apa. Atau mungkin karena saya pendatang, dari kampus yang dianggap minoritas. Ya, minoritas. Seolah semua yang berada di sini itu beranggapan bahwa saya tidak pantas.Atau, bolehlah dengan kata lain sebuah penilaian. Tentang apa yang saya ambil dari mereka. Tentang seragam yang saya kenakan. Tentang logat medok Ndeso khas tempat kelahiran saya (karena saya berkomunikasi Bahasa Indonesia sesuai EYD hanya untuk kegaitan Formal) dan beberapa sebab yang lain.  Entahlah.  Tapi,  biarkan saja. Jika itu tidak mengganggu dan tidak melampaui batas. Bolehlah.  Ohya, sudah lama tidak memberikan kabar kemajuan blog ini. Biasan

Opini : Kuliah, Luruskan Niat!

Image
Apakah semua kampus besar dan ternama akan menjamin anda sukses? Pertanyaan ini beberapa tahun lalu dilontarkan oleh salah satu pembina penulis ketika hendak kuliah. Jika dibaca berulang-ulang, pertanyaan tersebut sebenarnya merupakan sebuah penegasan yang jelas; bahwa sukses ataupun tidak bukan ditentukan dari besar atau tidaknya sebuah kampus. Tetapi ditentukan dari perjuangan dan kemauan yang keras untuk belajar, dan untuk memahami karena tak sedikit yang belajar begitu lama tapi tak kunjung paham tentang untuk apa sebenarnya belajar itu. Apalagi, beberapa hal yang salah kaprah tetapi dianggap lumrah di masyarakat adalah bahwa kampus besar dan ternama akan menjamin sukses. Sedangkan kampus yang kecil hanya akan menjadikan mahasiswanya sebagai “orang kecil”. Hal itu tidak semua benar, karena kampus yang kecil suatu saat juga akan menjadi besar, tinggal menunggu waktu saja. Bahkan, kenyataan yang penulis temukan di lapangan bahwa etos kerja di kampus kecil cenderung lebih besar dan lu

Coretan Palsu

Image
Coretan Palsu (dari palsu, oleh palsu, untuk palsu)   Mahasiswa, Palsu Tiap pagi, engkau kuliah di kelas palsu Dosenmu, dan semua yang dikenakan... palsu Rambutmu, palsu Sepatu yang engkau kenakan, palsu Isi otakmu, palsu Setumpuk tugas yang engkau kerjakan, palsu Senyum untuk nilai dan dustamu, palsu Tri dharma yang engkau terima? Dipalsu Pun masa depan negaramu, palsu Ketika kelak engkau dewasa, engkau palsu Menjadi pemimpin, palsu Menjadi suami, palsu Untuk istri, palsu Bapak untuk anak, palsu Ketika engkau berpolitik, Politik palsu, dengan uang palsu Jabatan palsu Ketika engkau bicara, Suaramu palsu Janjimu, palsu Ketika engkau terpilih Kau presiden paling palsu Memiliki menteri yang juga palsu Dan berkongsi dengan asing Yang palsu Kau menjual negaramu, yang palsu Kau menjual tanahmu Kepada pembeli, palsu Dan penjual, kau palsu Kau tetap mahasiswa, seperti yang dulu palsu Besok palsu, selamanya palsu! Hingga terkubur, di liang lahat palsu... (In

Beda Itu? Gaul

Image
Sang Pena - Beda. Entah berapa kali kata ini menjadi pemicu berkurangnya stabilitas negeri ini. Karena perbedaan banyak orang berbondong-bondong membela masing-masing dari kelompoknya. Atas nama perbedaan, beberapa mengklaim kelompoknya yang paling benar. Dan lagi, bahkan atas nama perbedaan semua yang dianggap berbeda dan tidak sesuai diperlakukan secara tidak layak, tidak hormat. Miris, kalau boleh jujur. Di tengah arus globalisasi yang sedemikian pesatnya. Kita justru terjebak pada hal ini, perbedaan. Padahal, jika menilik salah satu semboyan negara kita, kita mengenal adanya Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sebuah semboyan yang menjunjung tinggi perbedaan untuk dipersatukan dalam satu wadah; Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bicara tentang perbedaan, maka kita akan membicarakan pula tentang toleransi. Kebersamaan,keberagaman,persatuan, dan dalam bingkai perbedaan. Toleransi, banyak dipahami sebagai sebuah proses penghormatan terhadap hak-hak orang lain, k

Motivasi : Segelas "Kesibukan"

Image
Sang Pena - Dulu, beberapa tahun yang lalu ketika masih kelas dua SMP. Penulis pernah bermimpi untuk bisa kuliah, memiliki handphone bagus, dan sebuah laptop. Ya, dahulu memang benar-benar mimpi. Sekarang? semuanya sudah ada di genggaman tangan.  Tak pernah terfikirkan sebelumnya bahwa "tangan Tuhan" ikut serta mencatat apa yang penulis catat di diary, kemudian satu per satu mulai mewujudkannya dalam bongkahan kenyataan yang berurutan, terjadi satu demi satu yang jika disusun ulang, maka bentuknya akan menjadi semacam pola yang tidak terbayangkan.  Asal diketahui saja, penulis hanya seorang anak petani biasa di daerah minus, di Blora sana. Ibu hanya seorang pedagang es cendol di pasar. Bapak? bapak dahulu pengrajin kayu. Tetapi lebih awal telah berpulang ke rahmatullah ketika penulis masih awal-awal SMP.  Tapi lihatlah sekarang, apa yang penulis dulu catat dan anggap hanya akan menjadi sekedar catatan. Kini telah menjadi sebuah impian yang benar-benar NYATA!. Kuliah? Iya.

Motivasi dan Kompetisi Ahmad Wahib (Blog)

Image
Sang Pena - Ini, seperti halnya yang sering saya koar-koarkan ketika berbicara, bahwa bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi kita. Bukan salah, tapi benar adanya bahwa jika kita mau bermimpi dan memperjuangkan mimpi tersebut, maka bukan hanya dengan cara "tidur" mimpi tersebut tercapai, tapi realita akan membuktikannya.  Apa? Ya apa saja, bukankah Allah tidak melarang hambanya untuk seberapa jauh untuk bermimpi? seberapa jauh untuk belajar? Maka bermimpilah dan belajar. Nabi pernah mengatakan bahwa, "tuntutlah ilmu, sekalipun sampai ke negeri Cina". Pada masa itu, pernahkah Nabi melakukan ekspedisi ke China? Belum, Nabi hanya mengetahui China dari keramik yang dibawa oleh pedagang dari China.  Kebanyakan orang lebih takut untuk sekedar bermimpi, malah sebagian lagi jangankan bermimpi, melihat yang kenyataan saja masih bimbang.  Nah, bagaimana mungkin negeri ini bisa maju kalau macam begitu rupanya? Mental pemenang itu harus dibanguna, mental pemenang haru

Pesan Miliuner Dunia untuk Para Sarjana

Image
Sang Pena - Okezone - SETIAP tahun, jutaan orang lulus pendidikan tinggi dan melangkah menuju 'dunia nyata'. Beberapa dari mereka mendapatkan pekerjaan, beberapa mungkin tidak. Tetapi, para fresh graduate ini menaruh harapan pada masa depan mereka. Seiring langkah mereka di luar kenyamanan kampus, saran siapa yang harus mereka ikuti? Pelajaran apa yang harus mereka perhatikan dalam perjalanan mengenai kemandirian ini? Buat kamu para fresh graduate, simak beberapa pesan para miliuner dunia yang membangun kerajaan bisnis mereka dari nol. Para miliuner dunia ini sering memberikan pidato pada upacara wisuda di berbagai kampus Amerika.   Steve Jobs: Jalani setiap hari seperti itu adalah hari terakhirmu. Pada upacara wisuda di Stanford University, 2005 lalu, pendiri raksasa komputer Macintosh ini bercerita, ketika berumur 17 tahun, dia membaca kalimat yang bunyinya kurang lebih, "Jika kamu menjalani hari-harimu seperti itu adalah hari terakhir, suat

Motivasi : Konsep Diri Positif

Image
Sang Pena - Dikisahkan ada dua orang kaka beradik yang sama sama mengelola toko kelontong. Kakak beradik ini mendapatkan modal dari ayahnya untuk menjalankan usaha toko kelontong yang lokasinya tidak terlalu jauh berbeda. Sang ayah hanya berpesan tentang dua hal yang selalu diperhatikan. Yakni, “pertama, jangan menagih utang kepada orang yang berhutang kepadamu dan kedua, setiap pergi dari rumah ke toko atau sebaliknya, jangan sampai terkena sinar matahari.” Waktu terus berjalan, dan masing masing berusaha mengelola tokonya dengan menjalankan pesan ayahnya. Setelah beberapa tahun ayahnya meninggal, kenyataan yang terjadi adalah anak yang lebih tua tokonya menjadi berkembang, barang barang nya semakin banyak dan semakin bertambah kaya. Sebaliknya sang adik usahanya semakin menurun, barang barangnya semakin menyusut dan menjadi semakin miskin. Ibunya melihat seperti itu merasa heran dan menanyakan kepada masing masing anaknya. Ketika ditanyakan kepada anak yang lebih kec

Memaknai Arti Kehilangan

Image
Sang Pena - Motivasi - Anne Ahira - Ada seorang perempuan yang merasa sangat kehilangan saat ditinggal mati suami yang sangat dicintainya. Demikian besar rasa cintanya, sehingga ia memutuskan untuk mengawetkan mayat suaminya dan meletakkannya di dalam kamar. Setiap hari, dia menangisi suaminya yang telah menemaninya bertahun-tahun. Wanita itu merasa dengan kematian suaminya, maka tidak ada lagi makna dari hidup yang dijalaninya. Cerita tentang wanita itu terdengar oleh seorang pria bijak yang juga terkenal memiliki kesaktian yang tinggi. Didatanginya wanita tersebut, dan dia mengatakan bisa menghidupkan kembali suaminya. Dengan syarat dia meminta disediakan beberapa bumbu dapur yang mana hampir setiap rumah memilikinya. Namun, ada syarat lain, bumbu dapur tersebut harus diminta dari rumah yang anggota keluarganya belum pernah ada yang meninggal dunia sama sekali. Mendengar hal itu, muncul semangat di hati sang wanita tersebut. Dia berkeliling ke semua tetangga dan b

Cerpen : Memaknai Spirit Senin

Image
Sang Pena - Cerpen - Tulisan berikut saya dapat dari milis WordSmardCenter  semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca semua. Selamat membaca :) Males. Sudah sejak tadi subuh. Mau bangun susahnya minta ampun. Nggak tahu deh. Pokoknya ini selimut kayaknya lengket banget. Pantesan disebut blanket. Sekali nge-blank. Terus lengket. Padahal jumlah jam tidur sama dengan hari-hari sebelumnya.     Begini nih, kalau kena sindrom senin melempem. Don’t like Monday. Kemarin-kemarin sih masih bisa bilang lagi nggak enak badan. Jadi bisa libur tambahan sehari tanpa surat dokter. Atau. Yaaaa…., minimal masuk agak siang. Kan namanya juga sakit. Tapi. Masak sih, kok tiap senin bilang nggak enak badan.   Sebenernya nggak bo’ong kok. Emang lagi nggak enak badan. Manksudnya, badan ini lagi nggak enak kalau diajak kerja. Tapi kalau diajak jalan-jalan sih oke aja. Cuma gimana ya… Kayaknya ada yang ngganjel aja dihati.   Belon lagi kalau ketahuan teman lagi jalan-jalan. Pernah tuch kejadia

Hanya Sepotong Apel Busuk

Image
Sang Pena - Untuk segenap dokter, calon dokter, dan mereka semua yang bercita-cita mulia menjadi seorang dokter. Dan terkhusus saudariku Laddy Farhana :) - maaf nama aslinya siapa yaa? :p Selamat membaca :) Hanya Sepotong Apel Busuk - Oleh Laddy Farhana -  Aku dengar detak jantung dug- dug- dug yang ku dengar dari seorang pasien lewat stetoskop yang sedang menempel di telingaku. Hal itu mengingatkanku pada suara debaran jantung Ibu saat aku berada dipelukan lengannya saat beliau mencoba menenangkanku karena lapar. “ Sabar ya Nak ,” Ucapnya sambil mengelus kepalaku,lembut, “ Tunggu Ayah pulang ya .” Tak terasa air mataku menetes dari pelupuk mataku, “Lihat Bu, anakmu sekarang sudah menjadi yang engkau harapkan . ” gumamku dalam hati. Aku masih ingat ketika aku di bangku sekolah dasar dulu. Pagi itu seperti biasa aku berangkat pagi-pagi sekali karena jarak sekolah yang cukup jauh dari rumah. Aku dan adikku yang masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah dasar berjalan kaki menel

Beasiswa Unggulan CIMB Niaga

Image
Sang Pena - (Ini tulisan pembuka, jadi dibaca dulu saja :)  Begadang malam ini di isi dengan surfing ke berbagai situs media. Mulai dari yang lokal hingga nasional. Semua tujuannya sama, mencari informasi menulis, informasi menulis dan menulis, selalu seperti itu. Bukan karena mencari info lomba dan mengejar nilai materi,tetapi lebih kepada mempelajari gaya bahasa yang paling tepat di dalam menulis opini publik. Lagipula, tadi sore masih sempat mengirim tulisan ke Pewarta Indonesia (dot) com. Bukan iseng, tapi lebih tepatnya memang karena belum dimuat media lain. Jadi saya putuskan publish (kirim) di situ.  Alhamdulillah, ternyata malam tadi sudah diapprove sama redaksi dan telah dimuat seperti yang saya sediakan dalam snapshoot di samping. :) Judul tulisan tersebut : Nilai Agama dalam Pendidikan Indonesia, sepertinya berat ya? hehehe :D tidak juga kok, yang pengen baca di sumber aslinya silahkan di klik:  http://pewarta-indonesia.com/inspirasi/opini/8652-nilai-agama-dalam-pendid

Tanda Tanya Seputar Peristiwa 11 September

Image
Sang Pena - News – Seperti diberitakan oleh Washington Times, disebutkan: "Masih ada tanda tanya teknis mengenai serangan 11 September yang masih bergelayut di benak sejumlah orang, dan hal itu merembet ke ranah politik." "Bagaimana mungkin baja seberat 200.000 ton tercerai berai dan roboh dalam waktu hanya 11 detik? Ribuan orang arsitek dan insinyur mempertanyakan hal tersebut, mereka menyerukan kepada Kongres untuk memerintahkan investigasi baru terhadap peristiwa runtuhnya menara kembar dan Building 7 (7 World Trade Center)." "Masalah yang menyelimuti versi resmi pemerintah tidak pernah berakhir. Menurut sejumlah ahli pikir ternama dunia, hal tersebut tidak mungkin terjadi." "Untuk meruntuhkan bangunan semacam itu dalam waktu singkat, maka harus ada ledakan buatan di gedung tersebut. Dan ledakannya harus mengarah ke luar," kata Richard Gage, seorang arsitek asal San Francisco yang merupakan pendiri organisasi nirlaba Architecs & Eng

Pendidikan Berbasis Wirausaha

Image
Sang Pena - Opini Pendidikan - :) Mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan hingga bangku perguruan tinggi adalah sebuah karunia luar biasa yang patut disyukuri. Tidak sedikit saudara kita yang jangankan untuk bersekolah, pun membiayai kebutuhan hidupnya sehari-hari masih kesulitan. Padahal, pendidikan adalah salah satu pilar yang menyokong keberlangsungan suatu bangsa di masa mendatang. Lalu, bagaimana mungkin bangsa ini maju jika pendidikan tidak terjangkau oleh semua elemen masyarakat? Pendidikan, bagaimanapun bentuknya adalah hak setiap warga negara. Pendidikan tidak dimiliki oleh sekelompok golongan, sekelompok masyarakat berkecukupan, atau mereka yang memiliki kekuasaan. Sehingga naif sekali ketika banyak pihak menggembar-gemborkan pendidikan berkualitas tetapi tidak dibarengi dengan pemerataan fasilitas dan infrastruktur pendukung. Pendidikan, idealnya semakin baik kualitasnya akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Namun, kenyataan yang terjadi justru tidak demikian. Ba